dikonversi : melanggar hati nurani! memaksa otak bekerja lebih keras!
merongrong indera dan raga untuk tetap tegak di depan macbook hingga tengah malam
tidak dikonversi : ya brati nilai anak-anak mepet banget!
mending kalo mepetnya ke atas
mepetnya ke bawah
dikit lagi nge-gledak
kalo di bahasa harianku : kejungkel
alias terjungkal
simalakama!
iya simalakama
dulu..waktu memilih profesi ini sebagai panggilan hati
tidak pernah mengira sistemnya se-"aneh" ini
seorang pengajar a.k.a guru
selalu dihadapkan pada fakta membingungkan
antara mbelani hati sendiri
atau mbelani hati anak didik
atau mungkin mbelani kepentingan pembuat keputusan
nilai anak didik tidak pernah se-ideal yang diinginkan
entah yang diinginkan oleh anak didik itu sendiri
atau yang diinginkan olehku sebagai gurunya
atau yang diinginkan oleh boss-ku sebagai pimpinan lembaga
yang ku maksud sekolah disini
bukan macam sekolah favorit yang ada di kota-kota sana
yang didukung macam fasilitas keren
yang ditopang macam finansial tingkat tinggi
sekolah tempatku diposisikan
adalah sekolah desa, pinggiran
yang lingkungannya belum terlalu menganggap penting arti pendidikan formal
butuhnya cuma mondok
kalo lelaki jadi pakyai
kalo perempuan jadi bunyai
entah nyai-nya pakyai atau nyai-nya pak-iya
tak perlu mengeluh dengan keadaan ini
tak pula menggerutu akan kondisi ini
kata bossku : anggaplah sebagai tantangan!
oke!
boleeeeeh…!! tantangan!!!
kataku,
tantangan itu berlaku saat ku harus menyiapkan tenaga, rasa dan kepala
untuk mengemas materi menjadi semenarik-menariknya
untuk bersiap konser gratis selama 30 jam per minggu
untuk meneriaki anak banyak orang selama 26 hari per bulan-nya
untuk membuat pretest, post-test daaaaaan sebagainya demi mereka
dan kalau apa yang mereka kembali-kan
tidak sesuai dengan harapan
ya itu resiko-ku
kalau hasilnya terlampau buruk bahkan untuk dipandang
ya itu juga resiko-ku
mungkin ku yang belum mampu menularkan ilmu sehebat-hebatnya
ya itu resiko-ku
tapi kalo mengubah hasilnya menjadi lebih dari semestinya
sebenarnya bukan resiko-ku
ku tak mau
benar tak mau!
tapi selalu lagi.. : pembenaran!
"tak apalah bu, mengubah sedikit demi masa depan mereka"
"tak apalah bu, toh tak kulakan pula itu angka"
"tak apalah bu, demi nama"
"tak apalah bu, toh tak cuma kita"
ya, pembenaran!
lagi dan lagi
makin gedeg-nya lagi
itu anak yang dipikirkan sampai menguras isi kepala
tak pernah tau kalo pengajarnya sepening ini
akhirnya yang ada : menggantungkan, menganggap sepele, menggampangkan!
"alaaaaaaah, masak bu-nya tak mau menolong"
dan itulah yang terjadi
saat melakukan suatu tindakan yang bisa disebut "kesalahan"
namun lalu mencari "kesalahan" tindakan orang lain yang kurang lebih sama
atau lebih salahnya
demi pembenaran akan tindakan sendiri
saat itu pula
kuragu
pantaskah aku masih dipanggil : GURU
0 comments:
Post a Comment